Alat pembayaran nontunai dijelaskan oleh Gubernur Indonesia (BI)yaitu, perbedaan antara yang ada sekarang ini seperti uang kertas serta pembayaran berbasis rekening dengan rupiah digital yang kini sedang dikembangkan oleh BI bersama dengan pemangku kepentingan terkait. Perry Warjiyo atau Gubernur BI menyampaikan prinsipnya, alat pembayaran nontunai sama dengan alat pembayaran yang ada. Namun bedanya yang satu berbentuk kertas dan satunya lagi berbentuk digital.
Baca juga: Aplikasi OVO Sebagai Aplikasi Pembayaran Digital Masa Kini
Ungkap Alasan Diterbitkannya Alat Pembayaran Nontunai

Di dalam digital rupiah sendiri ada NKRInya juga, yang mana fitur-fitur yang ada di uang kertas juga ada dalam digital rupiah. Tapi bedanya, jika di dalam alat pembayaran nontunai semuanya enkripsi dalam digital, coding. Codingnya di enkripsi yang tau hanya BI. Ia juga menjelaskan, sebagai alat ketiganya memiliki fungsi yang sama. (Pertama) sebagai alat pembayaran yang sah dan ketiganya bisa digunakan untuk membayar medium of change. (Kedua) sebagai unit of account dan yang terakhir atau (ketiga) sebagai store of value.
Sehingga kedepannya ada rekening biasa dan ada juga rekening digital, ada uang elektronik seperti saat ini ada juga uang digital. Alasan BI sendiri untuk menerbitkan alat pembayaran nontunai yaitu pertama karena BI adalah satu-satunya lembaga negara yang berwenang mengeluarkan digital currency atau yang sering disebut dengan alat pembayaran nontunai. Kedua, karena BI ingin melayani masyarakat dan ketiga digitalisasi currency tersebut bisa dimanfaatkan untuk kerja sama internasional.
Perbanas Mendukung Proyek Garuda Tentang Alat Pembayaran Nontunai

Perhimpunan bank Nasional atau Perbanas antusias terhadap gagasan Bank Indonesia tentang alat pembayaran nontunai di white paper Central Bank Digital Currency (CBDC). Ketua umum Perbanas yang juga merupakan wakil menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo yang mengatakan mendukung rencana BI tentang mata uang digital.
Secara industri hal tersebut sangat mendukung, sebab tren di dunia saat ini dengan kemudahan digital, ke depannya juga penggunaan uang kertas akan berkurang. Karika juga menyebutkan kemudahan digital, pada industri perbankan merasakan terjadinya pengurangan transaksi di kantor cabang, bahkan mesin anjungan tunai mandiri karena sudah beralih di transaksi digital.
Jika nantinya ada platform currency tentunya akan semakin memudahkan perbankan untuk proses transaksi. Akan terjadi efisiensi di perbankan sebab menggunakan uang kertas serta logam akan berkurang. Sebelumnya di depan presiden Joko Widodo dalam pertemuan tahunan BI 2022, bank sentral yang meluncurkan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau uang digital.
Pada pertemuan tahunan BI 2022, Perry menjelaskan jika proyek garuda ini akan dikembangkan dalam tiga tahapan. Pertama dengan mengembangkan alat pembayaran nontunai untuk segmen wholesale. Yang diimplementasikan dalam tiga tahap, mulai dari wholesale digital rupiah untuk model bisnis penerbitan serta transfer antar bank dengan alat pembayaran nontunai.
Baca juga: Penggunaan Layanan Tokocrypto, Mengenal dan Cara Daftarnya
Pada tahapan kedua, pengembangan rupiah digital akan diperluas dengan bisnis operasi moneter serta pasar uang, sementara itu tahap akhir atau ketiga BI akan mengembangkan integrasi rupiah digital pada segmen wholesale rupiah dengan ritel secara end-to-end. Yang akhirnya, integrasi wholesale rupiah digital dengan ritel secara end-to-end tentu saja dengan sinergi serta kolaborasi secara nasional dan internasional.