Kisah pemilik Marugame Udon adalah inspirasi sekaligus motivasi. Bukan hanya untuk kalangan anak muda, tetapi siapa saja yang punya target sukses dalam hidup. Bisnis apa saja yang dilakukan sungguh-sungguh ternyata mampu menjadi besar dan mendunia.
Baca Juga : 6 Daftar Pemilik Perusahaan Terkaya di Indonesia
Takaya Awata, adalah pemilik restoran mie udon populer asal Jepang. Beliau juga merupakan pendiri sekaligus menduduki jabatan sebagai CEO Toridoll Holdings. Namanya semakin mendunia karena masuk dalam jajaran miliarder.
Saat ini sudah berusia 61 tahun, namun masih aktif sebagai pebisnis dan mengelola cabang di berbagai Negara. Berikut perjalanan bisnis serta kisah dari pemilik Marugame Udon dari awal hingga sekarang.
Kisah Pemilik Marugame Udon yang Sempat DO

Takaya Awata dahulunya adalah seorang mahasiswa Universitas Studi Asing Kota Kobe, Jepang. Pada usia 23 tahun memutuskan keluar dari Universitas tersebut dan lebih memilih membuka usahanya sendiri.
Kisah pemilik Marugame Udon ini menjadi inspirasi from hero to zero. Dari hanya pemuda putus sekolah, namun bisa berhasil dari ide sederhana yang ditekuni. Meski dalam perjalanan tidak mulus dan mengharuskannya beralih dari satu usaha ke usaha lain.
Tahun 1985, yaitu tahun Awata keluar dari Universitas adalah awal mula perjalanan bisnisnya dengan membuka restoran ayam panggang di Jepang. Keberaniannya meluncurkan usaha adalah salah satu bukti bahwa dirinya memiliki passion pada bidang bisnis kuliner.
Ternyata gagasan pertamanya ini tidak memberikan hasil memuaskan. Bahkan bisa dibilang dirinya tidak menghasilkan apapun dari restoran ayam panggang tersebut. Meski begitu tidak membuatnya patah arang.
Suatu hari Awata mendapat ide baru yang lebih segar hanya dari fenomena sekitarnya. Yaitu pada saat mengunjungi ayahnya di Prefektur Kagawa. Kampung halamannya tersebut ternyata menjadi titik balik dari sekaligus awal mula kesuksesannya.
Prefektur Kagawa merupakan wilayah yang cukup terkenal dengan kedai mie udon. Kedai-kedai selalu ramai pembeli hingga menyebabkan antrian panjang. Meski harus menunggu nyatanya pembeli tetap sabar demi menikmati sajian mie tersebut.
Rasa penasaran kemudian muncul pada dirinya yang mengawali kisah pemilik Marugame Udon ini. Fenomena para pelanggan yang bersedia menunggu lama hanya untuk menikmati semangkuk mie menjadi inspirasi.
Awata menyebutnya dengan “Pengalaman emosional saat menikmati makanan”. Kisah dari pemilik Marugame Udon ini sekaligus sebuah filosofi dalam bisnis. Bahwa, bukan sekedar makan tetapi ada sisi emosional yang menarik untuk digali dari para pelanggannya.
Sekilas Perjalanan Bisnis Pemilik Marugame Udon
Tahun 1990 menjadi tahun awal berdirinya Toridoll, yaitu perusahaan besutan Awata. Semakin tahun berjalan, Toridoll terus berkembang menjadi operator mie paling terkenal di Jepang. Memiliki jaringan Marugame Udon atau dulunya terkenal sebagai Marugame Seimen.
Dedikasinya dalam dunia usaha kuliner terbukti dengan memperluas jaringan di seluruh dunia. Toridoll Holdings dengan nahkoda Awata semakin fokus memperluas jejak bisnis sejak tahun 2010. Kini memiliki lebih dari 1.900 restoran.
Sejak 2010 itu Toridoll sudah membuka cabang di Taiwan dan Hongkong. Merambah dunia barat seperti USA dan Inggris. Untuk kawasan ASEAN sendiri Toridoll membuka cabang di Kamboja, Filipina, Vietnam serta Indonesia.
Sejak menyapa Indonesia, menu ini langsung mendapat tempat di hati pelanggan. Salah satu alasannya karena memiliki cita rasa khas Jepang namun masih friendly untuk orang Indonesia. Tidak heran jika perluasan cabangnya juga cepat berkembang.
Suatu pencapaian luar biasa, tidak heran jika kisah pemilik Marugame Udon ini menginspirasi banyak orang. Nama besar perusahaan semakin populer merupakan hasil dari berbagai faktor. Manajemen bisnis efektif, konsistensi, juga respon masyarakat yang positif.
Bahkan seakan tidak terpengaruh oleh carut-marut perekonomian global selama pandemi. Terbukti Toridoll Holdings justru semakin berkibar setelah wabah virus mereda dan dengan mudah mendapatkan pelanggannya kembali.
Selama pandemi COVID-19, menjadi momentum berbagi. Awata bersama Toridoll melakukan misi kemanusiaan dengan menyediakan makanan berupa mie udon gratis kepada anak-anak dan yang membutuhkan.
Hal ini terjadi setelah pembukaan cabang di London. Menggunakan food truck tim perusahaan berkeliling, mendatangi lokasi-lokasi strategis yang memungkinkan untuk membagikan makanan. Selain itu juga menyediakan makanan untuk petugas kesehatan Rumah Sakit.
Konsep Bisnis Marugame Udon oleh Takaya Awata
Konsep usaha kuliner Awata sejak tahun 1990 adalah menyajikan udon segar. Menonjolkan citarasa harum bumbu khas Jepang yang tidak bisa didapat dari produksi secara massal. Penyajiannya langsung di hadapan pembeli, inilah mengapa sering terjadi antrean panjang.
Namun konsep self-service, dengan harga terjangkau ini justru menjadi hal unik yang mengundang pelanggan untuk datang dan datang lagi. Sensasi menyaksikan pembuatan makanan dari awal hingga tersedia lengkap dengan toping merupakan pengalaman tersendiri.
Kisah pemilik Marugame Udon memang tidak lepas dari keunikan konsep restoran tersebut. Alih-alih memberikan makanan dalam waktu cepat untuk memuaskan rasa lapar pelanggan, justru menyajikan pemandangan memukau mata.
Koki restoran melayani setiap pembeli secara interaktif. Daya tarik ini menjadi nilai plus bagi restoran. Sehingga semakin mudah melakukan ekspansi, sebab sudah pasti akan cepat diterima oleh masyarakat seluruh dunia.
Misi perusahaan adalah untuk menemukan hal tersembunyi dari sebuah makanan serta selera konsumen. Kemudian menawarkannya sebagai value baru guna menumbuhkan rasa gembira para pelanggan.
Perusahaan Toridoll sendiri juga memperhatikan selera konsumen suatu Negara dengan jeli. Contohnya, membuka restoran bihun pedas China, Pancake, tempura goreng di tempat serta ramen. Ini melengkapi kisah pemilik Marugame Udon yang sukses tersebut.
Beberapa menu tersebut sangat fleksibel untuk konsumen. Tidak semua orang suka ramen, bisa memesan pancake. Atau penyuka makanan pedas, bisa memesan bihun China dan seterusnya namun tetap dengan konsep self-service.
Seperti cabangnya di Indonesia yang menggunakan topping cabai. Sesuai dengan lidah lokal yang cenderung menyukai cita rasa pedas. Begitu juga menu lokal Tiongkok, marugame udon tersaji dengan kaldu berbahan dasar tomat.
Kisah Pemilik Marugame Udon Sukses di Bursa Saham
Semakin menancapkan namanya di kancah internasional, saham Toridoll, melonjak lebih dari sepertiga selama setahun terakhir. Pencapaian ini merupakan imbas dari selera konsumen yang kembali makan serta berbelanja di luar.
Awata sendiri memiliki saham sebanyak 48 persen dengan nilai mencapai USD 1,1 miliar. Dari kekayaannya ini, kisah pemilik Marugame Udon semakin mendunia. Bagaimana melakukan strategi bisnis hingga berhasil membangun kredibilitas dan mendapat loyalitas pelanggannya.
Dengan kata lain, Takaya Awata masuk pada jajaran miliarder Jepang paling fenomenal. Seiring meredanya pandemi Covid-19, Toridoll bersamanya telah mendapatkan peningkatan saham sampai hampir 50%.
Selama mengembangkan rantai bisnis pada tahun 2006, Awata menjadikan Toridoll Holdings sebagai public company di Bursa Efek Tokyo. Awalnya masuk Bursa Mothers bagi perusahaan rintisan atau startup. Kemudian dua tahun setelahnya pindah ke bagian pertama TSE.
Restoran yang melayani preferensi lokal ini memperdagangkan sahamnya senilai 3.930 yen atau sekitar Rp. 409 ribu. Siapa saja dapat memilikinya dan berkembang bersama perusahaan Toridoll Holdings.
3 Kisah Pemilik Marugame Udon Sukses Melalui Akuisisi

Awata terus melakukan perluasan bisnisnya dengan mengakuisisi beberapa perusahaan serupa. Berikut ini adalah beberapa perusahaan yang berhasil diakuisisinya mulai dari tahun 2015 sampai sekarang:
Asia Wok to Walk
Ekspansi secara global perusahaan milik Awata ini berasal dari akuisisi. Tahun 2015 tepatnya, Toridoll Holdings mengakuisisi jaringan makanan cepat saji Asia Wok to Walk yang sudah hadir di kawasan Eropa.
Tam Jai International
Berlanjut pada tahun 2018, Awata rela menggelontorkan dana perusahaan untuk Tam Jai International. Investasi sebesar USD 242 juta untuk mengakuisisi operator jaringan mie populer Hong Kong tersebut.
Pembelian saham TamJadi dan SamGor berjalan mulus. Awata kemudian membawanya ke publik dengan IPO setara nilai USD 180 juta. Hal ini terjadi setelah berselang 3 tahun sejak akuisisi.
Fulham Shore
Kisah pemilik Marugame Udon masih berlanjut dengan adanya pembelian Fulham Shore. Yaitu operator restoran pizza juga makanan khas Yunani. Fulham Shore merupakan restoran Inggris yang sangat populer dan memiliki banyak sekali penggemar bahkan dari kalangan wisatawan.
Investasi pembelian Fulham Shore sendiri sebesar USD 118 juta. Meski demikian, keinginan berekspansi Toridoll Holdings masih jauh dari target. Hal ini terbukti dengan alokasi USD 650 juta untuk merger dan akuisisi di kawasan Asia, Tiongkok Raya serta Eropa.
Tujuan utamanya adalah membuka sebanyak tiga kali lipat cabang menjadi lebih dari 5.500 buah di seluruh dunia. Dengan demikian, maka perusahaan akan mampu meningkatkan profit menjadi USD 2 miliar pada jangka waktu 5 tahun ke depan.
Kisahnya semakin melejitkan nama perusahaan pada kuartal bulan Juni kemarin. Yaitu dengan tercapainya rekor profit perusahaan sebesar USD 360 juta. Peningkatan sebesar 20% dari tahun sebelumnya didapat dari penambahan opsi take away oleh restoran.
Baca Juga : Penggunaan Layanan Tokocrypto, Mengenal dan Cara Daftarnya
Saat ini, meski tidak luput dari inflasi nyatanya Awata mampu membawah perusahaan tetap berjaya. Fokus pada satu bidang yaitu kuliner, menjadikan kisah pemilik Marugame Udon ini selalu menarik untuk diteladani.