Sejak tahun 2021, Sri Lanka memang dihadapkan dengan krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini bahkan dikatakan paling buruk sejak kemerdekaannya tahun 1948. Karena hal ini, harga stok bahan-bahan dasar menjadi sangat mahal.
Baca juga: Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA)
Belum lagi berbagai makanan pokok, bahan bakar hingga obat-obatan juga persediaannya semakin menipis. Bahkan negara ini sudah sering melakukan demonstrasi dengan keadaan ekonomi yang krisis sekarang ini.
Kenapa Sri Lanka bisa mengalami krisis perekonomian hingga seburuk ini? ada beberapa penyebab yang membuat negara yang terletak di pesisir tenggara India itu terpuruk perekonomiannya. Dan ini beberapa solusi yang bisa diterapkan.
Kronologi Sri Lanka Mengalami Krisis Perekonomian

Tentu saja, adanya krisis perekonomian seperti ini, tidak lepas dari campur tangan para penguasa. Kepemimpinan Presiden Sri Lanka, yaitu Gotabaya Rajapaksa, seperti tidak mampu untuk menangani kasus ekonomi di negaranya.
Ketidakmampuan dari pemerintahan negara tersebut adalah mereka tidak bisa membayar impor dan juga pengiriman bahan bakar yang disebabkan karena kurangnya valuta asing. Hal itu berujung juga pada pemadaman listrik di sejumlah wilayah selama 13 jam.
Pemadaman listrik tersebut menjadi pecahnya gelombang protes dari banyak masyarakat. Mereka sampai menutup beberapa akses jalan utama. Masyarakat juga menyautkan pemecatan Ajith Cabraal di luar Bank Sentral negara.
Negara Sri Lanka semakin kacau, manakala krisis dan demonstrasi sedang berada di puncak, malah beberapa jajaran kabinet mengundurkan diri.
Proses pengunduran diri secara massal itu berlangsung dari tanggal 4 sampai dengan 5 April 2022. Kejadian ini adalah pertama kali terjadi pada negara tersebut.
Memang dari awal pemerintahan negara sudah salah mengurus pemerintahannya. Kesalahan tersebut terjadi terus-menerus hingga melemahkan perekonomian negaranya.
Bahkan pengeluaran nasionalnya, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatannya. Negara tersebut juga berada di titik yang tidak memadai untuk memproduksi barang dan jasa yang bisa diperdagangkan.
Sebenarnya tidak dimulai dari tahun 2021 saja, tapi saat pemerintah Rajapaksa dimulai pada tahun 2019. Ia mencanangkan pemotongan pajak pada saat itu. Setelah menduduki kursi presiden beberapa bulan, langsung dilanda pendemi COVID-19.
Akibat pendemik global tersebut, perekonomian negara menjadi sangat kacau. Karena industri pariwisatanya yang menjadi andalan justru mati. Ditambah dengan nilai tukar mata uang asing yang tidak fleksibel, melemahkan pengiriman uang dari pekerja asingnya.
Cobaan negara Sri Lanka di perekonomian ternyata tidak selesai sampai di situs, karena beberapa lembaga pemeringkat, mereka menurunkan peringkat kredit negara tersebut sejak tahun 2020.
Lembaga pemeringkat memang terlihat sangat prihatin karena keuangan pemerintah serta ketidakmampuannya membayar hutang luar negeri yang sangat besar.
Hingga saat ini, negara penghasil teh terbesar di dunia itu masih berusaha untuk bisa mengembalikan perekonomiannya dengan berbagai cara.
7 Penyebab Kemungkinan dari Krisis Ekonomi

Berdasarkan kronologi di atas, sudah bisa menyimpulkan mengenai penyebab krisisnya ekonomi di negara Sri Lanka?
Jika hasil pengamatan dari kritikus, letak dari krisis perekonomian negara berasal dari salah pengurusan pemerintah dalam mengatur perekonomian, dan itu dilakukan secara terus-menerus.
Pada akhirnya hal tersebut menjadikan defisit kembar, dimana keadaan ekonomi kacau dengan pengeluaran yang lebih besar. Sementara produksi barang dan jasa justru sangat sedikit.
Selain Covid-19 yang terjadi beberapa bulan setelah Rajapaksa menjabat, krisis ekonomi semakin diperparah karena kegagalan manajemen utang negara yang bergantung pada aspek pariwisata.
Gagalnya manajemen hutang negara tersebut memang berdampak sangat buruk. Akibatnya, cadangan devisa anjlok bahkan hampir mencapai 70 persen dalam jangka waktu 2 tahun saja.
Terdapat juga kebijakan yang salah dari Rajapaksa, di mana sang presiden melarang adanya produk pupuk kimia di negaranya pada tahun 2021.
Akibat dari kebijakan tersebut, malah berdampak buruk pada sektor pertanian negara hingga memicu juga penurunan panen padi dan memicu berkurangnya produksi pertanian Sri Lanka.
Berdasarkan uraian dari sub bab pertama hingga kedua ini, berikut beberapa penyebab krisis perekonomian dari negara yang terletak di pesisir tenggara India :
-
Hutang yang Membengkak
Negara yang memiliki hutang sebenarnya wajar. Akan tetapi beda kasus dengan negara yang dipimpin oleh Gotabaya Rajapaksa. Hutangnya terus bertambah dan membengkak, tapi tidak bisa membayar.
Dikutip dari media setempat, pada Februari 2022, negara hanya memiliki cadangan dana sebesar 2,31 miliar US dolar. Sementara hutang negara saat ini telah mencapai 4 miliar US dolar.
-
Ancaman Inflasi yang Terus Menanjak Naik
Pada bulan Maret 2022, inflasi pada sektor makanan, negara ini telah mencapai 30,2 persen. Kemudian, mendapat depresiasi juga sebesar 40 persen mata uang terhadap dolar hanya dalam satu bulan.
Diperparah lagi dengan
-
Devisa yang Menurun
International Monetary Fund atau sering disingkat IMF mengatakan bahwa devisa dari negara ini hanya tersisa untuk satu bulan saja.
Untuk saat ini, pemerintahan negara masih terus mengikuti syarat-syarat dari IMF untuk bisa melakukan pengajuan dana.
-
Pandemi Covid
Memang adanya pandemi global banyak negara yang dirugikan. Tapi untuk kasus Sri Lanka sendiri jumlah kemiskinan selama pandemi terus meningkat secara signifikan.
-
Dilarangnya Pupuk Kimia
Pupuk kimia jauh lebih murah dibandingkan dengan pupuk organik. Tap9i dilarangnya pupuk kimia, membuat sektor pertanian menurun karena impor pupuk juga tersendat.
-
Kebijakan Pengurangan Pajak
Kebijakan pemerintah satu ini justru menjadi penyebab besar kehancuran perekonomian negara. Tujuan pengurangan pajak agar meningkatkan konsumsi.
Sayangnya, setelah beberapa bulan diterapkan, malah terjadi pandemi covid yang membuat hutang publik meningkat.
-
Aksi Terorisme
Pada 21 April 2019, terjadi terorisme di negara tersebut. Pada satu hari saja, terjadi 8 kasus teror hingga menghilangkan banyak korban jiwa.
Hal itulah yang membuat sektor pariwisatanya melemah, karena orang luar negeri takut mendatangi negara tersebut.
Solusi Terbaik Agar Sri Lanka Kembali Menyembuhkan Perekonomiannya

Banyaknya penyebab krisisnya ekonomi, beberapa negara dari bagian Asia Selatan sudah mengklaim bahwa Sri Lanka adalah negara bangkrut. Kebangkrutan tersebut juga tidak lain karena campur tangan pemerintah juga.
Para pemegang kekuasaan tidak bisa mengendalikan perekonomian negaranya. Akibat dari kecerobohan mereka, krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah setelah merdeka terjadi.
Akibat dari hal itu, negara tersebut gagal untung membayar hutang luar negeri yang berjumlah 754 triliun rupiah.
Krisis ekonomi muncul, dampak yang dirasakan oleh masyarakat di sana sangat terasa. Dimulai dengan kesulitan dalam mengakses layanan standar, seperti bahan bakar minya (BBM).
Kemudian masyarakat juga kesulitan untuk mendapatkan bahan pangan pokok sehari-hari. Hingga tidak berharganya mata uang di sana. Lalu, apa yang harus dilakukan Sri Lanka untuk bisa mengatasi permasalahan ekonomi negaranya?
Tauhid Ahmad selaku Direktur Eksekutif Institute for Development and Economics and Finance mengatakan bahwa, saat ini hanya ada dua langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah di sana dalam menangani krisis perekonomiannya.
Pertama, mereka harus melakukan ekspansi fiskal. Kemudian untuk langkah keduanya, pemberian insentif secara masif, caranya adalah dengan melakukan pengurangan pajak serta suku bunga.
Tauhid mengatakan bahwa ekspansi fiskal atau anggaran untuk belanja pemerintah itu harus dilakukan. Tujuannya tentu untuk memperbaiki beberapa sektor yang rusak.
Ada beberapa saran dalam program perluasan anggaran belanja. Nanti bisa diarahkan pada bantuan sosial, pemberian subsidi hingga pembangunan infrastruktur.
Tauhid juga mengatakan, bahwa hal itu bisa dilakukan jika mereka berhutang lagi. itulah kenapa pemerintahan negara tersebut terus melobi IMF. Tujuannya adalah untuk mendapatkan dana dari IMF.
Akan tetapi, IMF akan memberikan dana jika mereka mampu membenahi pemerintahannya sendiri. Sebab, setelah membayar utang, banyak negara yang sudah hilang kepercayaan terhadap mereka.
Kemungkinan besar, bahwa negara penghasil teh di dunia tersebut akan melakukan perombakan pemerintahan. Kemudian, mulai memperbaikinya.
Tapi berbeda dengan pendapat dari Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies. Ia mengatakan jika ingin negara tersebut terbebas dari keterpurukan, maka harus renegosiasi.
Renegosiasinya dengan seluruh kreditur terutama pada program Belt Road Initiative. Bhima mengatakan, bahwa negara tersebut perlu menunda proyek ambisius, tapi menjadi beban untuk pembiayaan negara.
Selain itu, mereka juga harus melakukan birokrasi pemerintahan, yaitu dengan memberantas korupsi secara konsisten. Cara ini memang menjadi syarat mutlak jika ingin perekonomian negaranya pulih lagi.
Baca juga: Woo Yeul Lee Nahkoda Baru BK Bukopin Inilah Visi Misinya
Ada banyak hal yang dilakukan pemerintahan untuk bisa mengembalikan perekonomian negara. Terlebih lagi Sri Lanka perlu mengembalikan kepercayaan investor juga agar investasi kembali berjalan. Doakan saja yang terbaik untuk negara tetangga.