Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan jadwal produksi di Blok Masela mundur dari yang sebelumnya direncanakan di tahun 2027 menjadi 2029. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan mundurnya jadwal on stream atau produksi di proyek yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PNS) atau kebanggaan Jokowi ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor. Salah satunya karena adanya pademi Covid-19 yang membuat semua kegiatan di proyek ini mengalami kendala.
Mengenai target on stream¸ mengacu pada waktu yang sudah hilang saja sebab Pademi itu membuat semua aktivitas berhenti disana dan akan mengejar jika itu akan menjadi perkiraan sambil menunggu nanti review dari POD sendiri bahwa kemungkinan 2 tahun pembangunannya terjadi pergeseran. Namun di sisi lainnya, proses divestasi Shell di Blok Masela sampai saat ini juga masih berproses. Ditambah lagi dengan PT Pertamina (Persero) digandang-gandang akan menjadi kandidat tunggal untuk mencaplok hak Partisipasi atau Participating Interest (PI).
Baca juga: Proyek Migas Kompak Mundur dan Blok Masela Salah Satunya!
Proyek Migas Kompak Mundur dan Blok Masela Salah Satunya!
Proyek hulu minyak dan gas bumi kebanggaan Presiden Jokowi yang masuk kedalam daftar Proyek strategis Nasional Kompak mengalami kemunduran jadwal operasi. Beberapa proyek yang jadwal operasinya mundur tersebut seperti proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) di Kalimantan Timur, proyek gas Lapangan Abadi, Blok Masela di Maluku dan Train 3 Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Untuk Blok Masela sendiri, awalnya direncanakan bisa beroperasi pada tahun 2027, tetapi diperkirakan mundur menjadi 2029. Berikutnya proyek IDD juga awalnya sudah ditargetkan dapat berproduksi mulai tahun 2025, yang kemudian saat ini diperkirakan molor menjadi tahun 2028. Mundurnya jadwal operasi proyek IDD tersebut disebabkan karena perusahaan asal Amerika (AS) yaitu Chevron ini sebagai operator proyek ini memutuskan untuk pergi dari proyek gas laut dalam ini.
Walaupun demikian, proses untuk pencarian operator pengganti Chevron ini sudah mulai sedikit menemukan titik terang. Dengan begitu, pengajuan revisi rencana pengembangan POD untuk proyek tersebut diharapkan bisa selesai pada kuartal III tahun ini. Ia juga berharap di kuartal I tahun ini proses pengambilalihan saham proyek IDD dari Chevron ke pengelola baru bisa segera dilaksanakan. Meskipun Dwi tidak membeberkan secara pasti siapa pengganti Chevron di proyek IDD tersebut.
Tidak hanya harapan saja, namun juga sudah sepakat baik dari Chevron sendiri beserta calonnya yang sudah sepakat. Sehingga di kuartal I ini sudah dapat diselesaikan dan sudah bisa diperoleh. Ketika sudah proses due diligence, minggu depan masih ada beberapa data yang akan diungkap oleh Chevron dan meyakinkan lagi untuk SKK tentang aset IDD. Sementara untuk proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh sudah berkali-kali mengalami kemunduran operasi, yang awalnya proyek dikelola oleh BP Tangguh tersebut ditargetkan dapat berjalan di tahun 2020-2021. Tetapi lagi-lagi pandemic Covid-19 disebutkan menjadi salah satu penyebab tertundanya proyek tersebut.
Negosiasi di Blok Masela Semakin Mendekat
Perencanaan PT Pertamina (Persero) menggantikan Shell di Blok Masela semakin mendekat, kini Pertamina dan Shell sedang dalam proses negosiasi. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, negosiasi antara Pertamina dan juga Shell yang masih berjalan. Sehingga ia juga berharap proses negosiasi tersebut segera selesai. Dalam konferensi pers di kantornya, ia menjelaskan jika untuk Abadi Masela sebagaimana yang sudah diketahui karena yang sudah berproses adalah Pertamina dengan Shell untuk mengambil PI (participating interest)-nya Shell ini sedang dalam proses serta diharapkan dalam waktu cepat. Negosiasi ini pun sekarang berjalan, jadi saat ini melakukan proses untuk negosiasi antara Shell dan Pertamina.
Dwi tidak menyebutkan berapa nilai untuk mengambil alih hak partisipasi tersebut, tetapi ia mengatakan jika prosesnya sudah mulai dekat. Informasinya tanpa menyebut angka pada saat itu sudah dikatakan jika ini sudah dekat, namanya negosiasi ada naik, ada yang turun, informasinya sudah dekat, sehingga diharapkan dapat segera berjalan. Diakui oleh Dwi, selain Pertamina ada pihak lain yang menyatakan berminat masuk ke Blok Masela. Ia juga berharap jika Pertamina segera mencapai kesepakatan dengan Shell kemudian pihak-pihaknya tersebut dapat bergabung disana.
Memang adapun pihak-pihak lainnya yang juga berminat, logikanya pasti akan melanjutkan proses yang ada. Mudah-mudahan saja yang Pertamina juga akan deal sehingga yang lainnya bisa join disana. Hal tersebut tentunya tergantung pada Pertamina sendiri dan tentu tergantung pada Inpex-nya sebagai operator. Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebutkan jika Pertamina akan mengambil hak partisipan Sell di Blok Masela. Arifin Juga belum mengetahuinya secara pasti, tetapi ua menyebutkan di kisaran US$ 1 miliar. Range-nya US$ 1 billion sekian, plus minus US$1 billion.
Lika-liku Blok Masela Ditinggalkan Shell dan Saat ini Dipepet Pertamina
Pengembangan lapangan Abadi, Blok Masela di Maluku menghadapi tantangan berat seusai Shell mundur. Kabarnya Shell akan melepaskan hak partisipasinya di blok tersebut sudah mulai terdengar di pertengahan tahun 2020. Shell sendiri menggenggam hak partisipasi sebesar 35%, sementara Ipex menggenggam 65%, rencana Shell mundur dari Blok Masela juga kemudian terungkap. Yang dimana pada bulan Agustus 2020, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan pemerintah kecewa atas keputusan Shell yang hengkang dari pengembangan Blok Masela. Kekecewaan tersebut disampaikan melalui surat yang dikirimkan kepada Shell.
Dwi Soetjipto juga mengaku, isu hengkangnya Shell sudah datang semenjak pertengahan tahun 2019 atau di saat mendiskusikan rencana pengembangan (POD). “Shell sendiri langsung menghadap Menteri ESDM dan langsung mendapatkan arahan kirim surak ke Shell barangkali 2-3 kali, menyampaikan jika pemerintah kecewa dengan langkah yang sudah diambil shell,” kata Dwi ketika rapat dengan Komisi VII DPR, 24 Agustus 2020 lalu. Beberapa waktu berselang juga, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar Inpex dicarikan mitra di Blok Masela sebagai pengganti Shell. Dan Jokowi juga meminta agar perusahaan nasional sampai BUMN menjadi mitra Inpex di blok tersebut.
Yang diketahui semua bahwa ada anggota konsorsium dari Inpex tersebut keluar dan Bapak Presiden memerintahkan yang keluar itu harus digantikan oleh pengusaha nasional, baik itu melalui INA maupun BUMN. Tetapi, tampaknya Pertamina lah yang akan benar-benar masuk, rencana Pertamina masuk di Blok Masela sempat disinggung oleh Dwi Soetjipto. Di bulan Oktober 2022, Dwi juga mengatakan jika Pertamina sedang menyelesaikan studinya terkait proyek tersebut. Berikutnya, Pertamina akan melakukan penawaran yang ditargetkan di bulan November. Abadi, saat ini Pertamina masih menyelesaikan studinya terhadap project tersebut dan diharapkan di bulan November nanti Pertamina nanti akan menawarkan non by name offer, tawaran dan mulai penjajakan.
Pertamina Masuk Blok Masela Sudah Final
Dwi mengatakan, non by name offer sendiri adalah penawaran yang belum meningkat, Pertamina pada saat itu sedang berhitung beberapa persen hak partisipasi yang akan diambil. Tetapi, Inpex sebagai operator menginginkan agar Pertamina mengambil peranan Shell. Hal tersebut kemudian diperkuat oleh pernyataan dari Menteri ESDM Arifin Tasrif, ia mengatakan masuknya Pertamina di Blok Masela kemungkinan sudah final. Ia juga mengungkapkan jika Pertamina kemungkinan akan sendirian masuk ke Blok Masela, karena Pertamina yang sudah lebih dulu berniat masuk.