Berita Toko Buku Gunung Agung tutup menjadi hal yang membuat publik merasa kaget karena salah satu perusahaan terbesar penjual karya Pustaka di Indonesia tersebut akhirnya menutup beberapa gerai miliknya. Hal ini membuat banyak orang merasa masyarakat Indonesia mulai kehilangan minat membaca.
Baca Juga : Tokopedia Meluncurkan Paket Berlangganan Plus
Perusahaan ini sendiri pada awalnya memiliki banyak gerai yang bisa kalian lihat ketika sedang berkunjung pada beberapa mall di seluruh kota Indonesia. Namun mulai semenjak adanya pandemi COVID-19 pada tahun 2020 banyak gerai miliknya mulai tutup satu persatu.
Pada masa jayanya hampir seluruh kota besar Indonesia memiliki gerai perusahaan tersebut sebagai saingan utama dari Gramedia, sesama perusahaan yang menjual karya Pustaka di Indonesia. Namun pada awal tahun 2023 timbul berita Toko Buku Gunung Agung tutup yang membuat banyak orang berkomentar.
Banyak orang mulai bertanya apa saja penyebab dari tutupnya perusahaan penjualan buku terbesar di Indonesia tersebut, mengingat Gramedia sebagai saingannya sendiri masih tetap berdiri hingga pada saat ini. Namun beberapa sumber mengatakan bahwa toko ini mengalami kerugian.
Kerugian yang cukup besar akibat adanya pandemi COVID-19 menyebabkan perusahaan banyak menutup tokonya. Termasuk salah satunya Toko Buku Gunung Agung namun tentu saja penyebab utamanya bukan hanya mengenai kerugian akibat pandemi COVID-19.
5 Penyebab Toko Buku Gunung Agung Tutup

Tutupnya beberapa perusahaan besar secara umum tidak hanya berasal dari satu sebab saja, melainkan terdapat beberapa penyebab lainnya sehingga membuat perusahaan tersebut tutup. Sehingga banyak orang merasa penasaran mengenai apa saja penyebab utamanya.
Adanya pandemi COVID-19 yang sudah berjalan selama beberapa tahun sendiri menurut beberapa orang merupakan penyebab utama dari tutupnya perusahaan tersebut. karena dengan adanya pandemi banyak Toko Buku Gunung Agung tutup karena tidak ada pengunjung.
Tidak adanya pengunjung tersebut datang melalui keputusan pemerintah terkait pandemi covid, sehingga sebagian besar masyarakat harus berdiam diri pada rumahnya masing-masing untuk memutus rantai penyebaran virus covid. Namun hal ini memberikan dampak besar pada ekonomi.
Manajemen dari perusahaan tersebut juga sudah melakukan beberapa efisiensi selama pandemi sehingga bisa menyelamatkan perusahaannya, namun hal belum mampu menutup kerugian sehingga menyebabkan Toko Buku Gunung Agung tutup akibat adanya hutang ini.
Namun selain adanya hutang dan pandemi yang menyebabkan masyarakat kesulitan untuk keluar rumah masih terdapat beberapa penyebab lainnya. Sehingga toko buku yang telah melekat erat di masyarakat tersebut akhirnya tutup pada awal tahun 2023.
Beralihnya Format Digital
Kegiatan membaca buku sudah menjadi hal yang paling penting untuk menambah ilmu bahkan sudah sejak zaman dahulu buku sudah menjadi sumber untuk mendapat pengetahuan tambahan. Namun adanya perkembangan zaman menyebabkan Toko Buku Gunung Agung tutup.
Tidak ada seseorang yang mampu mencegah adanya perkembangan zaman tersebut termasuk salah satunya adalah kegiatan membaca buku. Seiring berkembangnya zaman membaca buku pada saat ini sudah tidak memerlukan benda fisiknya lagi karena sudah bisa melalui digital.
Sudah terdapat beberapa buku digital sehingga jika ingin membaca buku tidak perlu membeli buku fisiknya, melainkan tinggal membeli buku digital melalui internet. Adanya digitalisasi pada karya Pustaka tersebut menjadi salah satu penyebab mengapa tutup.
Dengan adanya digitalisasi pada karya Pustaka sendiri ketika ingin membaca buku kalian tidak perlu membeli benda fisiknya. Karena dengan mengunduh bentuk digitalnya kalian bisa membaca buku dengan menggunakan gadget seperti komputer, ponsel, maupun tablet.
Selain itu adanya digitalisasi tersebut membuat banyak orang merasa nyaman karena bisa membaca bukanya dari kapanpun dan dimanapun tanpa perlu membawa benda terlalu banyak. Karena kalian bisa membaca menggunakan ponsel maupun tablet saja.
Persaingan dengan Toko Online
Salah satu penyebab Toko Buku Gunung Agung tutup juga terlibat adanya persaingan bisnis dengan toko online, karena seiring berkembangnya zaman pada saat ini muncul berbagai platform jual beli secara online. Hal ini membuat kalian bisa berbelanja secara online dengan internet.
Dalam platform marketplace tersebut banyak orang bisa membuat tokonya sendiri sehingga membuat persaingan antara bisnis buku menjadi semakin besar. beberapa toko online mulai muncul pada platform seperti Tokopedia, shopee, maupun Lazada pada saat ini.
Bahkan beberapa toko yang menjual menggunakan platform tersebut mampu memiliki harga relatif lebih murah daripada apa yang ada pada toko fisik, hal ini menjadi salah satu penyebab tutup. Karena harga sendiri sangat sensitif bagi kalangan konsumen.
Adanya marketplace tersebut membuat toko buku offline merasa kesulitan untuk menjangkau konsumennya, karena konsumen sendiri lebih suka berbelanja melalui online. Salah satu alasannya adalah berbelanja secara online terasa lebih mudah karena tidak perlu keluar rumah.
Bahkan beberapa marketplace mampu memberikan diskon besar kepada konsumennya, hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Toko Buku Gunung Agung tutup. Perusahaan ini belum mampu beradaptasi dengan penjualan online sehingga menjadi kalah bersaing dalam bisnis.
Tekanan Biaya Operasional
Walaupun pandemi COVID-19 menyerang hampir segala aspek dalam perkembangan ekonomi Indonesia sehingga bisnis mengalami kesulitan. Namun biaya operasional tetap harus berjalan sehingga walau tanpa adanya konsumen perusahaan harus membayar pembiayaan tersebut.
Adanya pandemi menyebabkan masyarakat Indonesia harus berdiam diri dalam rumahnya masing-masing guna mencegah penyebaran penyakit tersebut. Adanya kebijakan ini membuat beberapa area perbelanjaan menjadi sepi karena tidak adanya pembeli yang datang.
Tidak adanya pembeli yang datang pada pusat perbelanjaan sendiri menjadi salah satu alasan Toko Buku Gunung Agung tutup karena perusahaan masih harus membayar biaya sewa. Toko dari perusahaan ini sendiri sebagian besar terdapat pada mall-mall dan pusat perbelanjaan.
Walaupun adanya kebijakan pandemi yang mengharuskan beberapa pusat perbelanjaan tutup namun biaya sewa dan operasional harus tetap berjalan. Sehingga perusahaan masih harus membayar biaya sewa outlet, listrik, hingga gaji bulanan karyawan miliknya.
Terlebih beberapa pusat perbelanjaan ada yang menghendaki kenaikan biaya sewa outlet sehingga memberatkan keuangan perusahaan. Karena adanya kenaikan biaya tidak diimbangi dengan adanya peningkatan pendapatan sehingga menjadi alasan Toko Buku Gunung Agung tutup.
Perubahan Kebiasaan Konsumen
Selain beberapa faktor seperti peralihan digitalisasi, persaingan bisnis online, dan tekanan biaya operasional terdapat alasan lain mengapa perusahaan tersebut bangkrut dan gulung tikar. Salah satunya adalah perubahan kebiasaan dari konsumen atau pembaca pada zaman ini.
Pada zaman dahulu kegiatan membaca buku selalu identik harus menggunakan benda fisiknya sehingga banyak orang beranggapan barangnya terlalu berat. Namun pada saat ini banyak orang merasa enggan untuk membaca buku karena terlalu berat sehingga menjadi alasan Toko Buku Gunung Agung tutup.
Sebagian besar generasi muda pada saat ini lebih gemar untuk membaca melalui perangkat gadget miliknya karena menganggap lebih mudah dan efisien. Sehingga dengan perubahan kebiasaan generasi tersebut sangat mempengaruhi bisnis dari toko gunung agung pada saat itu.
Salah satu alasannya adalah fokus utama bisnis dari toko gunung agung sendiri hanya menjual buku secara fisik. Namun dengan adanya perubahan kebiasaan konsumen sehingga lebih menyukai produk digital membuat Toko Buku Gunung Agung tutup.
Kondisi ini mengakibatkan turunnya minat konsumen untuk membaca menggunakan buku fisik sehingga penjualan dari gunung agung mengalami penurunan. Karena konsumen merasa lebih menyukai untuk membaca karya sastra secara digital daripada membeli fisiknya.
Besarnya Kerugian Tahunan
Selain adanya dampak dari pandemi sebenarnya alasan mengapa tutup juga berasal dari adanya efek domino. Karena sebenarnya perusahaan sudah memiliki hutan semenjak tahun 2013 dan terus bertambah setiap tahunnya.
Beberapa direksi manajemen sudah menuturkan bahwa perusahaan sudah melakukan efisiensi dalam bisnisnya sejak tahun 2013 karena memiliki banyak hutang. Namun hutang itu terus bertambah hingga pada tahun 2020 ketika pandemi covid menyerang seluruh dunia.
Karena hutang terus bertambah membuat kerugian tahunan perusahaan menjadi semakin besar. terlebih dengan adanya pandemi membuat sebagian besar pendapatan perusahaan mengalami penurunan secara drastis yang mengakibatkan Toko Buku Gunung Agung tutup.
Karena kerugian makin besar setiap tahunnya membuat perusahaan tidak mampu bertahan lebih lanjut. Dampaknya pada sekitar tahun 2021 perusahaan mulai menutup beberapa outlet miliknya pada berbagai kota, namun belum memberikan dampak cukup signifikan.
Karena hutang menjadi makin besar membuat manajemen terpaksa gulung tikar pada awal tahun 2023. Hal tersebut menyebabkan manajemen terpaksa menutup semua gerainya di seluruh Indonesia.
Baca Juga : Penggunaan Layanan Tokocrypto, Mengenal dan Cara Daftarnya
Terdapat berbagai penyebab selain adanya pandemi sehingga salah satu perusahaan besar dapat mengalami gulung tikar. Karena tidak mampu mengatasi beberapa penyebab tersebut berakibat pada Toko Buku Gunung Agung tutup.