India batasi ekspor gula hingga 10 juta ton ke berbagai negara hingga bulan September mendatang. Hal ini dilakukan oleh pemerintah India untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang dimana saat ini terjadi sedikit kelangkaan untuk mencukupi kebutuhan gula dalam negeri.
Baca juga: Analisis Faktor yang Menyebabkan Banyak Aset Kripto Tumbang
India dikenal menjadi negara kedua dengan ekspor gula terbesar di dunia setelah Brazil. Hal ini tentu cukup berpengaruh terhadap persediaan gula di berbagai negara yang bisa mengalami kenaikan harganya setelah India batasi ekspor gula hingga beberapa bulan kedepan.
Alasan India Batasi Ekspor Gula ke Berbagai Negara

Sebelum India batasi ekspor gula, mereka telah lebih dahulu membatasi ekspor gandum ke berbagai negara di dunia beberapa waktu yang lalu. Hal ini dilakukan terkait pengetatan pasokan gandum di negara tersebut yang terkenal memiliki gandum kualitas terbaik yang telah di ekspor ke berbagai negara.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan perlu mengambil tindakan untuk mempertahankan stok gula dalam negeri setelah pertumbuhan ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik pada tahun lalu maupun tahun ini.
Narendra Modi memutuskan untuk melakukan pembatasan ekspor akibat inflasi ritel tahunan yang melanda negeri Bollywood tersebut. Tercatat, inflasi ritel negara itu menyentuh angka 7,8 persen pada April 2022, yang merupakan level tertinggi dalam sewindu terakhir.
Berdasarkan data pemerintah, pada tahun pemasaran yang berlangsung sejak Oktober 2021 hingga September 2022, pabrik gula India sejauh ini telah menandatangani kontrak ekspor sekitar 9 juta ton. Selama periode 12 bulan sebelumnya, India mengirimkan 7 juta ton gula ke luar negeri, jumlah tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri Perdagangan India Piyush Goyal mengatakan bahwa peraturan ekspor tersebut seharusnya tidak mempengaruhi pasar global. “Kami terus mengizinkan ekspor ke negara dan tetangga yang rentan,” ujar Goyal, dikutip dari CNN, Jumat (27/05/2022).
Seperti diketahui India adalah produsen gula terbesar di dunia dan eksportir gula terbesar kedua setelah Brasil. Pada akhir bulan Mei lalu tepatnya pada tanggal 27 Mei 2022 harga gula berjangka mencapai US$556,50 per metrik ton, naik 1 persen. Harga tersebut naik 13 persen sejak awal Januari dan 26 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Bank Dunia menyatakan, kenaikan harga tersebut dipicu oleh perang Rusia dan Ukraina. Harga pangan diperkirakan akan melambung 22,9 persen tahun ini, didorong oleh kenaikan harga gandum sebanyak 40 persen.
Pembatasan ekspor gula oleh India menegaskan rapuhnya situasi pangan global. India berusaha untuk memenuhi bahan bakar yang bersumber dari bahan baku gula yang diubah menjadi etanol. Sehingga, India membatasi ekspor untuk pemenuhan dalam negeri.
Pembeli global berharap bahwa pengiriman gandum India akan membantu mengisi kesenjangan yang diciptakan oleh perang di Eropa, yang telah memukul pengiriman ekspor komoditas pertanian sehingga India batasi ekspor gula mereka.
Adapun, Indonesia bergantung setidaknya 60 persen terhadap bahan baku gula impor, dengan kebutuhan impor gula yang mencapai 4 juta ton. Lalu apakah kebijakan India batasi ekspor gula akan berpengaruh terhadap kelangkaan gula dan melambungnya harga gula di Indonesia?.
Awal bulan ini, India juga mengumumkan bahwa mereka akan mengekspor gandum ke negara-negara yang kekurangan pangan hanya melalui saluran pemerintah. Hal ini memungkinkan perusahaan-perusahaan swasta untuk memenuhi komitmen sebelumnya untuk mengekspor hampir 4,3 juta ton gandum hingga Juli. India mengekspor 1 juta ton gandum pada bulan April.
Tujuan utama pembatasan ekspor adalah untuk mengendalikan kenaikan harga domestik. Harga gandum dunia telah meningkat lebih dari 40% sejak awal tahun. Sementara itu, panen gandum India sendiri dihantam gelombang panas yang memecahkan rekor sehingga menghambat produksi.
Sebelum perang, Ukraina dan Rusia menyumbang sepertiga dari ekspor gandum dan jelai global. Sejak invasi Rusia 24 Februari, pelabuhan Ukraina telah diblokir dan infrastruktur sipil serta gudang-gudang gandum telah dihancurkan.
Lalu Bagaimanakah Nasib Indonesia Setelah India Batasi Ekspor Gula?

Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan, kebijakan pemerintah India yang membatasi ekspor gula sebesar 10 juta ton tidak berdampak buruk bagi Indonesia. Hal itu menurutnya, India bukan satu-satunya negara importir gula ke Indonesia.
“Dengan rencana pelarangan ekspor oleh India, saya pikir India bukan satu-satunya importir yang masuk Indonesia, masih ada Thailand kalau nggak salah yang terbesar,” Ujar beliau ketika di wawancarai mengenai langkah India batasi ekspor gula yang akan sedikit berpengaruh terhadap stok gula di Indonesia.
Budi menegaskan, kebijakan tersebut bisa diatasi selama Thailand, Brazil dan Australia masih menjadi importir gula bagi Indonesia. Sebab, kata Budi negara importir gula terbesar selain Thailand adalah Brazil dan Australia, sehingga meskipun berpengaruh namun tidak terlalu menjadi masalah setelah India batasi ekspor gula mereka.
“Ya masih ada alternatif impor dari negara lain, selain Thailand ada Brazil dan Australia,” tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah India telah memberlakukan pembatasan ekspor gula untuk pertama kalinya dalam enam tahun. Pembatasan ekspor gula pada musim ini sebanyak 10 juta ton, hal itu dilakukan untuk mencegah lonjakan harga komoditas gula di negara tersebut.
“Pemerintah khawatir tentang inflasi pangan, dan itulah sebabnya pemerintah berusaha memastikan bahwa cukup gula tetap di negara itu untuk memenuhi musim festival,” kata perusahaan perdagangan global yang berbasis di Mumbai seperti dikutip dari Reuters.
Awalnya, India batasi ekspor gula pada 8 juta ton, tetapi pemerintah kemudian memutuskan untuk mengizinkan pabrik untuk menjual lebih banyak gula di pasar dunia karena diprediksi akan ada kenaikan produksi. Sebelumnya, Asosiasi Pabrik Gula India dan badan produsen, merevisi perkiraan produksinya menjadi 35,5 juta ton, naik dari perkiraan sebelumnya 31 juta ton.
India Batasi Ekspor Gula Akan Berpengaruh Bagi Indonesia?

Sementara itu Direktur Riset Center of Reform and Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan kebijakan India batasi ekspor gula akan berdampak terhadap pasar global termasuk Indonesia yang bergantung cukup tinggi dari ekspor gula yang didapatkan dari India.
“Kalau india melarang ekspor gula, harga gula di pasar global akan naik. Indonesia kan importir gula. Jadi, harga gula impor akan naik,” Ujarnya ketika beliau di wawancarai mengenai kebijakan pemerintah India batasi ekspor gula pada akhir bulan lalu.
Piter menambahkan dengan adanya pembatasan ekspor gula yang dilakukan India juga dapat mendorong kenaikan inflasi. Menurutnya kenaikan harga juga akan terjadi terhadap produk turunannya.
“Dampak turunannya panjang, makanya inflasi bisa terdorong naik,” katanya.
Piter menjelaskan bahwa saat ini kebutuhan kebutuhan gula nasional sekitar 6 juta ton. Sementara produksi gula nasional hanya sekitar 2,1 juta ton. Kendati demikian, seiring kebijakan tersebut, Piter mengatakan stok gula nasional saat ini masih tergolong cukup.
Selain itu, untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga gula di Indonesia, Piter mendorong pemerintah untuk melakukan solusi jangka panjang dengan melakukan swasembada guna meningkatkan produksi gula.
“Tidak ada solusi jangka pendek, pemerintah harus mendorong swasembada gula dengan meningkatkan produksi gula dalam negeri,” pungkasnya.
Hingga akhir pekan ini, harga gula lokal masih stabil secara nasional di posisi Rp14.850 per kilogram sedangkan gula pasir premium Rp16.050 per kilogram. Meskipun belum sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp13.500 per kilogram untuk gula lokal, namun harga sudah mulai turun perlahan.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah Redjalam menyampaikan Adanya proteksionisme dari suatu negara tentunya akan memberikan dampak besar maupun kecil.
Indonesia yang bergantung pada ekspor sudah pasti akan terkena dampak dari India yang melakukan pembatasan ekspor gula. Tahun lalu, India diketahui menjadi negara pemasok gula terbesar setelah Brasil.
Berdasarkan pantauan di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga gula lokal stabil dalam di kisaran Rp 16.100 per kg untuk gula premium dan Rp14.850 per kg untuk gula lokal. Sementara untuk harga gula di pasar wilayah DKI Jakarta rata-rata sebesar Rp 14.393 per kilogram.
“Harga relatif lebih stabil, kita sudah produksi, yang impor juga sudah masuk ke pasar,” ujar Arif Tohar selaku ketua PHIPS.
Kendati demikian Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai harga gula yang telah mencapai lebih dari Rp15.000 per kilogram akibat stok yang terbatas karena musim giling yang tertunda. Meski stabil, harga tersebut belum dapat dikatakan kembali seperti normal karena masih di atas HET, yakni Rp13.500 per kilogram.
Baca juga: Luhut Tawarkan Elon Musk Berinvestasi di Indonesia
Tentunya akan ada pro dan kontra terkait kebijakan India batasi ekspor untuk gula yang akan berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi di Indonesia. Hal ini yang perlu dipikirkan oleh pemerintah tentang bagaimana menangani hal tersebut agar tidak menjadi sebuah masalah setelah India batasi ekspor gula.