Meledaknya perang Rusia vs Ukraina sendiri sebenarnya sudah banyak diprediksi oleh ahli politik dunia. Hal ini tidak lepas dari konflik yang sebetulnya telah terjadi sudah cukup lama. Padahal kalau dilihat dari sejarah, Rusia dan Ukraina mempunyai hubungan yang sangat baik. Mengingat bahwa Ukraina adalah pecahan negara dari Uni Soviet.
Baca Juga: Tips Memulai Investasi Aset Kripto Bitcoin, Agar Selalu Untung
Bagi yang belum terlalu memahami, Rusia dan Ukraina sendiri sudah renggang dalam waktu yang lama. Tentu saja, hal ini bukan tanpa alasan. Ada beberapa hal yang tidak disukai oleh Rusia akan keputusan yang diambil Ukraina. Dimana konflik sudah terjadi sejak beberapa tahun belakang yang akhirnya membuat Rusia mengambil tindakan untuk menggempur Rusia.
Lalu, apa sebenarnya alasan utama serangan Rusia ke Ukraina ini? Kenapa Rusia bersikeras untuk menaklukan Ukraina, padahal sudah keluar dari Uni Soviet semenjak lama? Simak ulasannya di bawah ini.
Lepasnya Ukraina dari Poros Rusia

Sebelum membahasnya lebih jauh akan perang Rusia vs Ukraina, baiknya kamu memahami terlebih dahulu sejarah akan Ukraina yang merdeka dari Uni Soviet. Sebenarnya sudah semenjak lama, Ukraina menjadi negara perebutan dari berbagai negara yang ada di Eropa. Ukraina sudah ingin memerdekakan diri sejak lama.
Tapi, pemerintahan era modern tidak pernah bertahan lama. Hingga akhirnya ada Perjanjian Raga pada 18 Maret 1921 yang malah menyebabkan permasalahan baru. Dimana berujung pada perang antara Ukraina dan Uni Soviet. Dari perang ini pun memaksa Ukraina menjadi bagian dari Uni Soviet.
Keinginan rakyat Ukraina bebas dari Rusia juga tidak terjadi dalam waktu singkat. Keterlibatan Ukraina dalam Perang Dunia II dan juga Perang Dingin memberikan dampak yang cukup pelik. Akhirnya dengan berbagai konflik yang terjadi, pada tahun 1990 terbentuklah sebuah rantai manusia yang berjumlah 300.000 warga Ukraina yang ingin merdeka. Kejadian ini terbentuk di antara Kiev dan Lviv.
Pada tanggal 24 Agustus 1991, Dewan Agung dari Ukraina telah menyatakan bahwa hukum dari Uni Soviet sudah tidak berlaku lagi di negara tersebut. Dengan adanya pernyataan ini, maka secara langsung Ukraina menyatakan merdeka meski belum secara resmi. Kemudian di tanggal 1 Desember 1991, pemerintah Ukraina mengadakan referendum.
Dalam referendum tersebut, warga Ukraina diberikan pilihan apakah tetap bergabung dengan Uni Soviet atau menjadi negara merdeka yang memiliki kedaulatan penuh. Hasilnya sekitar 90% warga Ukraina memilih untuk merdeka. Di hari yang sama dari referendum ini, warga Ukraina juga memilih presiden pertama mereka, yaitu Leonid Kravchuk.
Secara resmi Ukraina merdeka adalah pada tanggal 26 Desember 1991, dimana pada saat itu secara bersamaan Uni Soviet membubarkan diri. Ukraina juga mendapatkan pengakuan dari internasional sebagai negara yang mandiri.
Dengan cerita di atas, maka sudah dapat disimpulkan bahwa Ukraina sendiri sudah ingin lepas dari Rusia semenjak lama. Kecenderungan Ukraina menjauh dari Rusia dan menjadi negara merdeka bukan hanya keinginan sesaat. Tapi, jauh sebelum pecahnya Perang Dunia II.
Penyebab Utama Perang Rusia vs Ukraina
Sejarah yang sudah diterangkan secara singkat sebenarnya menjadi salah satu sebab utama. Dimana semenjak lepas dari Rusia, Ukraina sudah lebih condong ke blok Amerika Serikat. Hal ini pun terbukti dengan terpilihnya Presiden Ukraina kedua yaitu Viktor Yushchenko. Ia menjabat dari 2005 hingga 2010, dimana pada masa kepemimpinannya lebih dekat dengan Uni Eropa.
Hal ini membuat Rusia terus mengawasi gerak gerik dari Ukraina. Apalagi dengan adanya Krisis Krimea yang terjadi pada tahun 2014. Semenanjung Krimea yang awalnya adalah bagian dari Ukraina, diambil alih oleh Rusia. Hal ini sendiri memicu terjadinya perpecahan antara Ukraina Timur dengan Selatan.
Di tanggal 11 Mei 2014, akhirnya muncul gerakan separatis di negara Ukraina dan menyatakan diri sebagai Republik Rakyat Lugansk dan Donetsk. Dua wilayah ini pun yang menjadi alasan perang Rusia vs Ukraina terjadi. Wilayah yang disebut dengan Donbas tersebut sekarang dihuni oleh warga yang mayoritas dekat dengan budaya Rusia. Dimana jumlah rakyat yang menjadi Warga Negara Rusia pun sudah mencapai ratusan ribu.
Pada tanggal 24 Februari 2022, Vladimir Putin, Presiden Rusia telah menyatakan bahwa ia akan mengirimkan operasi militer ke negara Ukraina. Dengan pernyataan tersebut, maka dunia pun menjadi was–was akan konflik yang terbilang bisa menimbulkan masalah kemanusiaan atau bahkan lebih parah yaitu Perang Dunia baru.
Tentu saja, serangan ini tidak tanpa alasan. Putin menganggap bahwa Ukraina telah memberikan ancaman dan serangan ini dilakukan untuk melindungi seluruh warga sipil. Tidak hanya itu saja, Putin menyatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutu menjadi salah satu penyebab adanya invasi militer yang ia lakukan ke Ukraina.
Hal ini sendiri dipicu dengan Rusia yang terlebih dahulu memberikan peringatan akan Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO. Putin tidak hanya mengancam NATO dan juga Amerika Serikat beserta sekutunya, tapi juga negara–negara lain.
Putin meminta untuk negara–negara lain tidak mencampuri urusan Rusia dengan Ukraina. Bahkan Putin mengancam kepada semua negara, jika tetap mengintervensi keputusan operasi militer Rusia ke Ukraina, yaitu hal mengerikan yang tidak pernah terjadi dalam sejarah.
Dari ancaman yang dilayangkan Vladimir Putin tersebut menjadikan berbagai negara menjadi waspada. Karena Putin tidak main–main dengan ancaman yang diberikan. Meski sekarang Ukraina terus meminta bantuan, tapi sepertinya yang diterima Ukraina tidak sesuai dengan harapan. Karena kenyataannya Rusia masih terus menggempur Ukraina.
Tentu saja agresi yang dijalankan Rusia ini tidak ditanggapi diam saja dari Ukraina. Negara tersebut menyatakan dengan jelas bahwa mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk terus mempertahankan kemerdekaan Ukraina. Hingga sekarang pun perang Rusia vs Ukraina masih belum menemukan solusi terbaik.
Dampak Perang Rusia vs Ukraina Dalam Perekonomian Dunia

Dengan pecahnya perang Rusia vs Ukraina pun memberikan dampak yang sangat besar terhadap perekonomian dunia. Dimana inipun akan mempengaruhi situasi dan kondisi ekonomi di Indonesia. Lalu, apa saja dampaknya? Berikut ini penjelasannya:
Inflasi global
Hal yang paling mengkhawatirkan adalah terjadinya inflasi global. Ketika hal ini terjadi, maka kemungkinan penurunan konsumsi juga sangat besar. Hasilnya juga akan berdampak pada perekonomian negara yang jelas akan turun. Mengingat sekarang dunia sedang menjalani pemulihan ekonomi akibat pandemi, tentu saja inflasi global ini harus diwaspadai.
Guncangan dari pandemi yang berjalan dua tahun lebih sudah sangat menyulitkan, apalagi dengan adanya perang yang terjadi di daratan Eropa tersebut. Maka daripada itu, akan banyak sekali hal yang tidak mengenakan jika kedua negara tidak secepatnya menyelesaikan konflik ini.
Pasokan komoditi global bisa menurun
Jika inflasi ini benar–benar terjadi, berarti pasokan global pun akan mendapatkan kendala. Dimana pengiriman akan terhambat dan juga adanya kenaikan harga yang mungkin akan menyebabkan produksi menurun. Tidak hanya itu saja, dalam urusan kebutuhan energi pun juga menjadi masalah yang akan dihadapi di masa depan.
Mengingat bahwa Rusia adalah negara dengan pasokan gas terbesar di dunia, tentu saja ini akan memberikan efek yang cukup buruk. Terlebih lagi negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut juga berada di posisi kedelapan sebagai pemasok minyak bumi dunia. Sehingga bisa dibayangkan seberapa kacaunya jika pasokan ini terhambat.
Sektor Otomotif dan Teknologi juga Terpengaruh
Perlu kamu ketahui bahwa Rusia juga penghasil Palladium paling besar di dunia. Elemen kimia yang satu ini sendiri adalah input utama dalam pembuatan chip serta industri otomotif. Apabila pasokan palladium berkurang atau tidak memenuhi kebutuhan dunia, maka bisa jadi teknologi dan otomotif mengalami penurunan nyata dari segi produksi.
Hasilnya pun akan terjadi pada perekonomian yang sekarang mengandalkan otomotif untuk distribusi dan komunikasi yang berasal dari chip. Dengan kenyataan ini, maka memang sangat penting sekali mencari jalan keluar akan konflik kedua negara tersebut.
Baca Juga: NPWP Online Memberikan Banyak Kemudahan, Begini Cara Buatnya
Pecahnya perang Rusia vs Ukraina di awal Februari 2022 ini, maka telah membuktikan bahwa sejatinya konflik lama pun bisa jadi pemicu utama terjadi perang. Hingga sekarang Indonesia masih memilih untuk tetap berada di posisi netral. Meski tidak mendukung agresi Rusia, tapi Indonesia juga tegas menolak permintaan Presiden Volodymyr Zelensky untuk mengirim bantuan senjata.