BNI resmi akuisisi bank Mayora menjadi kabar mengejutkan di dunia perbankan akhir-akhir ini. Akuisisi ini resmi dilakukan per tanggal 18 Mei 2022 lalu. Tentu mengakibatkan banyak dampak dari peristiwa penting ini.
Baca juga: Dolar AS Jatuh, Rupiah Menguat Pertahankan Posisi Indonesia
Keputusan ini sebetulnya mengacu pada apa yang dinyatakan oleh bank BUMN kepada Bursa Efek Indonesia. Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengkonfirmasi pengambil-alihan tersebut dan menyatakan optimisme dari wacana ke depannya.
Dampak positif yang dicanangkan atas BNI resmi akuisisi bank Mayora ini jelas sudah sangat dipikirkan matang-matang. Ada banyak optimalisasi sebagai efek dari pembelian ini. Khususnya, perihal kinerja perusahaan, yang jelas akan menelurkan manuver brilian.
Akuisisi ini bukan sebatas langkah reaksioner dari momentum penjualan saham oleh Bank Mayora. Namun, lebih dari itu, ini merupakan suatu progres guna menyokong transformasi perusahaan. Utamanya, dalam hal digitalisasi bank.
Dirut BNI Royke Tumilaar juga mengungkapkan keinginan BNI resmi akuisisi bank Mayora adalah untuk menciptakan suatu sistem integrasi bank yang mutakhir. Yang tidak hanya sekadar mengikuti tren digitalisasi, namun juga mampu menghadirkan layanan secara optimal.
Misi dari BNI Resmi Akuisisi Bank Mayora

Misi sosial yang diusung BNI ialah mengakomodir kebutuhan masyarakat seluas-luasnya. Terlebih, masyarakat kelas menengah dan UMKM. Hal ini dilakukan guna menjauhkan diri dari jeratan pinjol yang kerap mencekik secara keji.
-
Menyelamatkan dari Godaan Pinjol
Pinjaman online (pinjol) kini telah menjelma problem baru di masyarakat. Kemudahan mengajukan pinjaman menjadi godaan berat bagi masyarakat kelas menengah. Akses yang mudah inilah yang kerap membuat peminjam mudah terbuai.
Asal cepat bisa dapat dana cari saja tanpa memikirkan resiko kedepannya. Lebih-lebih besaran bunga yang diberikan pinjol kepada para nasabahnya kerap tidak masuk akal. Hal inilah yang kerap mencekik masyarakat kecil.
Royke pun menyatakan bahwa visi bank digital yang diusung BNI adalah untuk menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat. Menolong masyarakat dari himpitan hutang yang menggila. BNI menjadi pendukung utama laju UMKM khususnya tipe-tipe UMKM tradisional.
-
Mendukung UMKM Tradisional
Setelah BNI resmi akuisisi bank Mayora, BNI juga menginginkan UMKM tradisional ini tetap eksis dan tumbuh meskipun di tengah gempuran zaman yang semakin kontemporer ini. Biar bagaimana pun, kekhasan yang dimiliki oleh UMKM tradisional mempunyai daya tawar dan pikatnya sendiri.
Keunikan inilah yang membuat BNI mencanangkan untuk menggandeng sebanyak mungkin UMKM agar lebih bisa bertahan dari gencaran pasar bebas. Bukan hal yang mudah, memang.
Walaupun antusiasme BNI luar biasa, itu tidak berarti mereka mudah saja memberikan kucuran dana. Ada syarat dan ketentuan agar kesepakatan kedua belah pihak terjadi. BNI juga menawarkan sejumlah proyeksi pada beberapa nasabah.
-
Proyeksi Nasabah
Proyeksi-proyeksi tersebut lebih rinci membahas seputar solusi atas permasalahan di lingkup tersebut. Pun demikian halnya dengan pinjaman legal dan ilegal. BNI mendukung benar segmen UMKM dari proses bertumbuh hingga berkembang dari tahap ke tahap.
BNI membikin digitalisasi bank ini untuk prospek jangka panjang. Terutama dapat memberikan berbagai layanan dan fasilitas perbankan yang lebih terjangkau ketimbang bank konvensional. Efisiensi dari teknologi yang diterapkan diharapkan memudahkan banyak nasabah.
Strategi ini semata-mata agar dapat menyentuh pangsa pasar lebih luas dan masif lagi. Khususnya, kalangan masyarakat yang masih sangsi akan penggunaan bank digital. Itulah calon target pasar yang hendak direngkuh pasca BNI resmi akuisisi bank Mayora.
Persentase Akuisisi Pasca Resmi Diakuisisi

Manuver bank BNI dalam dunia perbankan di tanah air, memang tak diduga-duga. Kini, bahkan gamblang sudah berapa persentase tepatnya pasca BNI sudah resmi akuisisi bank Mayora.
Diketahui, bank BNI resmi akuisisi bank Mayora sekitar 64% dari saham penuh. Akuisisi ini menggantikan dua pemilik saham pendahulunya, yakni International Finance Corporation (IFC) serta PT. Mayora Inti Utama (MIU).
Proses pengambil-alihan ini pun mencakup dua hal, yakni inklusi modal beserta imbalan saham anyar dan besaran pembelian saham IFC. Sebuah manuver progresif dan berani dari bank BNI.
Untuk angka tepatnya, BNI mengkonfirmasi bahwa perseroannya telah memiliki lebih dari 1,2 miliar saham dari 1,9 miliar saham secara keseluruhan. Angka yang sangat fantastis sebagai akibat dari kebijakan BNI resmi akuisisi bank Mayora.
Transaksi ini juga tidak hanya menguntungkan pihak BNI saja, namun juga pihak Bank Mayora. Ada eskalasi saham kepemilikan yang cukup signifikan, terutama jumlah modal.
Sebelumnya, MIU dan IFC berbagi saham milik Bank Mayora satu sama lain dengan perbandingan 4 : 1. Total modal yang dipunyai Bank Mayora sebelum transaksi dengan BNI, yakni sebesar 846 juta saham.
Pasca BNI resmi akuisisi bank Mayora, modal kepunyaan Bank Mayora melesat lebih dari dua kali lipat dan hampir menyentuh angka 2 juta lembar saham. Eskalasi yang begitu masif. MIU dan Bank BNI juga berbagi saham dengan perbandingan 4 : 9.
BNI juga bergerak cepat untuk mengurus segala berkasnya ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tepat pasca fit & proper test purna dilancarkan. Hasilnya pun positif. OJK pun menyambut baik apa yang menjadi kesepakatan antara kedua belah pihak.
BNI Juga Gandeng Sea Limited

Setelah BNI resmi akuisisi bank Mayora, gebrakan selanjutnya hadir. Pengambilalihan kepemilikan saham ini memiliki dampak kerja sama dengan pihak-pihak yang sebelumnya telah terikat dengan Bank Mayora. BNI pun kini telah memproses business development dengan menggandeng perusahaan berbasis teknologi seperti Sea Limited dan Shopee.
Selaku Direktur Utama BNI, Royke mengatakan bahwa saat ini tim sudah terbentuk dan mulai bekerja, baik tim di dalam maupun luar negeri. Untuk tahap awal, pasca BNI resmi akuisisi bank Mayora, tim akan membangun teknologi dari bank digital.
Royke menjelaskan bahwa pihak Shopee telah terlibat dalam wacana mode usaha. Salah satunya, dalam hal basis teknologi yang akan digunakan. Namun, proses tersebut masih terus digodok agar lekas matang dan dapat diimplementasikan pengembangan teknologinya.
Akuisisi BNI atas Bank Mayora sebesar 64 persen. Sehingga BNI otomatis menjadi pemegang saham mayoritas. Lebih detailnya, nilai kepemilikan BNI sebesar 1,19 miliar saham dari total saham yang ditempatkan dan disetor penuh di Bank Mayora.
Sedangkan, sisanya sebanyak 673,31 juta saham atau 36 persen akan dipegang PT. Mayora Inti Utama. Namun, dengan hadirnya Sea Limited tentunya tidak lagi menempatkan BNI sebagai pemegang saham mayoritas.
BNI menjadi terbuka. Jadi, jika kepemilikan sahamnya terdilusi dari 60% menjadi 50% jika Sea Limited mengambil porsi kepemilikan, itu boleh jadi adalah suatu keniscayaan. Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa hal tersebut bisa saja gagal bila Sea Limited membatalkan.
Namun, apabila kerja sama kedua belah pihak ini berhasil, bukan tidak mungkin BNI akan bermanuver menjadi top bank di nasional bahkan internasional. Terlebih lagi, hal-hal semacam ini juga lambat atau cepat akan segera menjadi kenyataan.
Kolaborasi menjadi kunci kesuksesan hidup di zaman modern. Semuanya sudah serba inklusif. Manusia menginginkan yang serba komplet. Dunia perbankan pun mau tidak mau harus mengikuti arus tersebut.
Tentu telah banyak kita temui beberapa perusahaan yang melakukan merger dengan perusahaan lain. Hal ini tentu menjadi langkah yang telah dipikirkan matang-matang sebab bukan hal mudah menyatukan dua perusahaan.
Masing-masing perusahaan membawa idealnya sendiri-sendiri. Ini adalah tentang bagaimana berkompromi dalam membuat keputusan. Menjalin kesepakatan demi keberhasilan kedua belah pihak setelah BNI resmi akuisisi bank Mayora.
Yang menjadi tantangan selanjutnya adalah bagaimana menyamakan visi dan misi dari dua perusahaan yang bersatu. Dua perusahaan pastilah memiliki dua pandangan yang berbeda. Perlu kebijakan untuk membagi rata hasil dan prospek kerja antara keduanya.
Dalam kasus BNI resmi akuisisi bank Mayora ini, dua-duanya sama-sama diuntungkan. Yang satu, modalnya bertambah. Yang lainnya, punya kapal lebih untuk mengoptimalkan manuvernya. Kerja sama semacam ini patut dipertahankan demi menjaga laju bisnis yang sehat.
Begitu kompleks dan luasnya dampak dari kerja sama dari dua perusahaan. Bukan hanya soal pembelian atau pengambilalihan saham kepemilikan, kerja sama semikro apa pun tetap saja memiliki dampak tersendiri.
Baca juga: Tips Mengatur Keuangan Bagi Kaum Milenial agar Tidak Boros
Yang menjadi PR selanjutnya adalah bagaimana kedua perusahaan ini tetap bisa eksis dengan misinya sendiri-sendiri. Dengan modal yang dipunya, keduanya bisa menjelma raksasa di dunia perbankan. Hanya dari manuver BNI resmi akuisisi bank Mayora.