Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA) sedang diupayakan dengan mempersiapkan aksi korporasi Right Issue. Bank Bumi Arta terdata sebagai salah satu dari 30 bank swasta nasional yang mempunyai modal inti masih di bawah 3 triliun.
Baca juga: Cara Menjadi Kaya di Usia Muda, Wajib Dipahami!
Modal inti Bank Bumi Arta saat ini sebesar 2,23 triliun. Upaya right issue akan dijalankan dengan merilis saham baru sebanyak 1,38 miliar. Saat ini harga pelaksanaan rights issue BNBA belum resmi ditetapkan.
Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA)
Sebanyak 1,38 miliar saham siap diterbitkan oleh PT Bank Bumi Arta Tbk. yang berencana memberikan hak memesan efek terlebih dahulu II (PMHMETD II) atau rights issue.
Saham yang akan diterbitkan tersebut nilainya setara dengan 50% dari modal yang disetor perseroan saat RUPSLB atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa.
Tujuan Bank Bumi Arta melaksanakan PMHMETD II tidak lain untuk memenuhi kewajiban modal inti minimum. Seperti yang diatur dalam POJK 12/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, modal inti minimum adalah 3 triliun rupiah.
Direksi PT. Bank Bumi Arta Tbk. menyampaikan bahwa dana perkuat permodalan kredit Bank Bumi Arta (BNBA) dialokasikan untuk modal kerja, penambahan infrastruktur teknologi informasi, sumber daya manusia dan ekspansi usaha Bank Bumi Arta.
Profil Bank Bumi Arta (BNBA)

Bank Bumi Arta Tbk didirikan pada 3 Maret 1967 dengan nama Bank Bumi Arta Indonesia. Bank ini berkantor pusat di Jalan Tiang Bendera III No. 24, di bilangan Jakarta Barat.
Bank Bumi Arta kemudian melakukan merger dengan Bank Duta Nusantara pada 18 September 1976. Upaya merger dilakukan guna memperkuat struktur permodalan usaha, manajemen bank serta memperluas jaringan operasional kedua belah pihak.
Setelah merger, delapan kantor cabang dari bank duta nusantara beralih nama menjadi Bank Bumi Arta. Delapan lokasi tersebut diantaranya Bandung, Jakarta, Surabaya, Magelang, Jogjakarta, Semarang, Surakarta.
Sejalan dengan waktu, perkuat permodalan kredit Bank Bumi Arta (BNBA) melakukan persiapan cukup matang dengan mengembangkan usahanya. Pada Agustus 1991, Bank Bumi Arta berganti status dari bank umum menjadi bank devisa.
Setelah berstatus sebagai bank devisa, Bank Bumi Arta menjalin korespondensi dengan lebih dari 130 bank di seluruh dunia. Layanan devisa sendiri dilakukan di kantor pusat operasional Bank Bumi Arta.
Kapan Bank Bumi Arta Go Public?
Upaya perkuat permodalan kredit Bank Bumi Arta (BNBA) dilakukan dengan melaksanakan Initial Public Offering (IPO) pada 1 Juni 2006. Penawaran umum perdana Bank Bumi Arta di Bursa Efek Jakarta Indonesia dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan.
Sebanyak 210.000.000 lembar saham Bank Bumi Arta diterbitkan atau setara dengan 9,10% dari modal disetor perseroan terbuka. IPO tersebut diharapkan dapat menambah modal untuk operasional dan pengelolaan bank.
Bank Bumi Arta di Bursa Efek Indonesia (BEI) dikenal dengan kode saham BNBA. Harga terakhir BNBA berada di harga 1.660 per satu lot sahamnya.
Pendapatan saham bank Bumi Arta Tahun 2017 mencapai 358,13 Milyar. Tahun 2018 pendapatan naik menjadi 370,48 M. Namun tiga tahun terakhir pendapatan menunjukan trend penurunan.
Tahun 2019, pendapatan BNBA anjlok di angka 324,47 Milyar. Tahun 2020 juga turun lagi menjadi 300,87 milyar. Dan tahun 2021 kemarin, nilai pendapatan bank bumi arta turun menjadi 290,85 Milyar.
Rapor Kinerja Tahunan Bank Bumi Arta

Dalam laporan publikasi keuangan Bank Bumi Arta pada tahun 2021, perseroan ini mendapat laba bersih senilai 42,14 milyar. Laba tersebut naik drastis sebesar 469,46% yoy.
Untuk pendapatan bunga, Bank Bumi Arta mengalami penurunan 4,05% yoy dari yang semula 152,07 milyar rupiah menjadi 145,90 M. Ini disebabkan pendapatan bunga menurun dsri 326,58 Milyar menjadi 274,95 milyar rupiah.
Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA) dengan rights issue dilakukan pasca bank ini mengalami penurunan kredit. Meninjau laporan keuangan BNBA, kredit modal bank tersebut turun sebesar 8,31% per tahunan atau yoy.
Atau jika dinominalkan, penurunan bank Bumi Arta sebesar 4,08 trilliun per Maret 2022. Meski bisa dibilang penurunan tahun ini lebih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski mengalami penurunan, Direktur Pengembangan Bisnis dan Keuangan bank Bumi Arta cukup optimis kredit naik sebesar 516 milyar. Karena Bank Bumi Arta merupakan satu-satunya golongan Buku II dengan investasi signifikan dalam Supply chain financing digital.
Bank Bumi Arta menyatakan telah menyiapkan strategi untuk mencapai target. Strategi itu di antaranya adalah menyiapkan rencana melakukan transformasi dari bank konvensional menjadi bank digital dari dana perkuat permodalan kredit Bank Bumi Arta (BNBA).
Strategi Bank untuk Memperkuat Permodalan
Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA) tidak sendiri mengupayakannya. Banyak bank lain turut berusaha untuk menambah dan memperkuat permodalan.
Hal yang mendasari bank perlu melakukan upaya tersebut adalah aturan terbaru yang dikeluarkan otoritas jasa keuangan atau OJK tentang konsolidasi bank umum dalam POJK No 12 tahun 2020.
POJK No. 12 mengatur salah satunya tentang kewajiban pemenuhan modal inti minimal lembaga perbankan. Modal inti minimum yang harus dimiliki industri perbankan adalah 3 milyar.
Selain BNBA, bank umum lain yang tergolong dalam kelompok Buku I dan Buku II Sedang berupaya memenuhi kewajiban tersebut. Beberapa bank mencoba melakukan konsolidasi dengan bank lain untuk pemenuhan modal inti minimal.
Rights Issue Bank Bumi Arta

Right Issue yang dilakukan BNBA untuk Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA) memang bukan hal yang baru. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan Rights Issue untuk menghimpun modal usaha.
Rights Issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) secara sederhananya adalah penawaran saham secara terbatas bagi pemegang saham lama. Rights Issue selain untuk penambahan modal, juga untuk mendukung aksi korporasi.
Skema Rights Issue dimulai dari perusahaan menerbitkan Initial Public Offering atau saham perdana kepada investor yang sudah lama memegang saham perusahaan tersebut. Namun investor punya hak untuk memilih mengambil atau menolak rights issue.
Biasanya, rights issue diberikan kepada investor lama dengan rasio 1:2. Dalam artian setiap investor dengan kepemilikan 1 lot saham diberikan hak untuk membeli 2 lot saham.
Bank Bumi Arta sendiri mulai memperundingkan sejak tahun kemarin mengenai rencana rights issue untuk Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA) dengan para pemilik sahamnya. Mayoritas saham BNBA dipegang oleh beberapa perusahaan.
Sebanyak 33,45% saham Bank Bumi Arta dimiliki oleh Surya Husada Investment. Lalu PT Takjub Finansial Teknologi atau Ajaib memiliki saham BNBP sebesar 24%.
Kemudian 20,07% saham Bumi Arta milik Dana Graha Agung. Dan Budiman Kencana Lestari sebesar 13,38. Sedangkan 9,10% sisanya diperuntukan kepada publik.
Para pemilik saham utama dari Bank Bumi Arta sepakat melakukan rights issue dengan pembagian sesuai porsi kepemilikan saham. Setelah rights Issue, Ajib menambah saham Bank Bumi Arta menjadi 40% kepemilikan.
Rencana Alokasi Dana Right Issue BNBA
Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA) ini bertujuan untuk merealisasikan rencana jangka panjang yang sudah berjalan. Rencana tersebut adalah melakukan transformasi digital.
Beberapa rencana yang sedang dan sudah dijalankan adalah meningkatkan kemampuan IT perusahaan. Ini bertujuan untuk menarik traffic pelanggan dan memungkinkan melakukan integrasi lintas platform.
Hal lain yang sedang disiapkan adalah sistem open application programming interface. Dengan mewujudkan sistem ini, bank Bumi Arta bisa memungkinkan pengambang aplikasi pihak ketiga untuk memperluas jangkauan layanan.
Sistem berikutnya yang disiapkan, host to host supply chain financing. Sistem ini berguna untuk memberikan visibilitas dan memungkinkan transaksi dilakukan secara real time.
Full fledge mobile banking juga jadi rencana utama BNBP untuk peningkatan pada fitur mobile banking perusahaan. Tentu rencana jangka panjang ini perlu Perkuat Permodalan Kredit Bank Bumi Arta (BNBA) untuk dapat segera diwujudkan.
Selain menerbitkan saham melalui rights issue, beberapa hal lain yang dilakukan Bank Bumi Arta untuk penambahan modal diantaranya adalah mencari aliansi dengan pemain digital lain untuk membuka peluang sinergi.
Langkah ketiga yang sedang diupayakan oleh Bank Bumi Arts adalah dengan melakukan konsolidasi antara kantor cabang untuk melakukan akuisisi para pelanggan menuju skema digital.
Berbagai hal yang dilakukan guna mencapai target modal inti 3 miliar sesuai aturan POJK No. 12 tahun 2020. Dan pihak perusahaan cukup optimis untuk perkuat permodalan kredit Bank Bumi Arta (BNBA) akan tercapai dalam waktu dekat.